Index Labels

Pindah Tahun, Tambah Tekun

. . Tidak ada komentar:

SETIAP pergantian tahun, sebaiknya kita jadikan momentum untuk berbuat dan bekerja lebih tekun atau lebih giat, semakin bersemangat dan rela bermandi keringat, meski banyak faktor yang kita pandang sebagai penghambat. Allah juga telah memberi acuan kepada kita, tentang sukses atau gagalnya suatu tujuan melalui firman-Nya "Dan hendaklah seseorang melihat apa yang dilakukan masa lalu demi masa yang akan datang" - (QSALHasyr: 18)

Pengalaman yang positif hendaklah kita syukuri sedangkan yang negatif hendaklah kita hindari. Faktor penyebabnya, ada kalanya dari diri kita sendiri, dan ada kalanya dari luar yang kadangkala kita sulit untuk menghindar.Untuk itu kita harus terus mencari dan menelusuri akan kelemahan dan kelengahan diri, agar bahaya tidak terus menghampiri.

Berani mengakui terus terang akan sifat dirinya yang serba kurang adalah suatu pertanda bahwa memiliki sifat tidak mengada- ada. Maksudnya, tidak dibuat-buat, biar dirinya nampak hebat. Bahkan Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan "Berbahagialah orang yang mengetahui 'aibnya sendiri ketimbang selalu mencari aib orang lain".

Dalam kamus dan rumus yang digunakan para kaum wirausahawan guna memprediksi berbagai kemungkinan, bahwa "nasib baik akan terjadi manakala kesempatan dan keahlian dapat menjalin kerjasama. Sedangkan nasib jelek akan terjadi manakala kemalasan dan kobodohan menjalin kerjasama."

Ketika gagal, sering kita menunjukkan sikap menyesal. Lantaran kurang siap mental, seakan- akan hal itu terjadinya tidak masuk akal. Pada hal, manusia hanya sekedar berusaha, sedangkan Tuhan yang menentukan (an- naasu yudabbiru, wa Allaahu yuqarriru). Tentu saja, bila kita tidak berbekal dengan iman yang tebal dan hanya mengandalkan ke mampuan akal, bisa saja kita berputus asa lantaran kita merasa bisa.

Meski masih terbayang dalam angan, seakan- akan kesuksesan itu sudah berada di tangan. Padahal, bagaimanapun hebatnya perencanaan dan pelaksanaan, faktor-faktor dari luar selalu tidak bisa diprediksi (unpredictable). Ada kalanya menyenangkan dan ada kalanya menyusahkan. Ada kalanya memenangkan dan ada kalanya pula mengalahkan. Kesemuanya merupakan ujian, sejauh mana kita memiliki sikap yang militant ketika menghadapi aneka ragam kesulitan.

Bagi golongan atau kalangan yang selalu memiliki pandangan jauh ke depan (far seigh seeing), meski yang dialami bentuknya kegagalan, akan tetapi akhirnya bisa menghimpun sekian banyak pengalaman. Besarnya himpunan pengalaman ini bila dibading dengan pihak yang meraih kemenangan sementara meski disambut upacara masih lebih kaya pada himpunan pengalaman kekalahan demi kemenangan yang akan datang.

Tak heran bila kita sering mendengar pepatah " mudah datang, mudah pergi "(easy come, easy go). Kemenangan yang tanpa persiapan, seringkah membuat seseorang lupa daratan, sehingga tak tahu diri kalau kekalahan selalu menghampiri. Sedangkan himpunan pengalaman dari sekian kekalahan dan kesalahan, tentu akan mengalirkan dan melahirkan kewaspadaan, bersikap jeli dan teliti. "Pengalaman adalah guru yang terbaik"( ex-perience is the best teacher) tentu dapat kita pakai sebagai sandaran, bagaimana seharusnya kalau kita ingin berperan.

Dalam hidup, kita selalu berpacu dengan waktu. Setiap pergantian waktu, kita upayakan untuk merubah sesuatu dari kondisi tertentu, menuju kondi si yang lebih bermutu (better than yesterday) melalui cara yang jitu. Demikian juga tentang awal tahun ini, bila kita lakukan dengan tekad dan semangat yang kuat, tentu kita akan semakin hebat.

Yang lalu biarlah berlalu, kita menghadapi masa baru (dzdhaba ‘l madli, wa ‘alaina bi'l haadlir). Mengembangkan cita- cita dengan berpijak dari sekian banyak realita (positif maupun negatif), jauh lebih bermakna dan bernilai guna, ketimbang hanya meneteskan air mata , tak berusaha melepaskan diri dari derita.

Keyakinan dan kepercayaan yang teguh harus lahir dan mengalir dari kita, demi cita-cita. Bila kita yakin bisa mewujudkan impian-impian dengan tindak perbuatan, kita bisa merubah dari mission impossible menjadi mission possible. Keyakinan yang kuat, kata Golde Meier, dapat mewujudkan angan-angan menjadi kenyataan (faith creates reality).

Lebih dari itu. adalah keyakinan dan kepahlawanan yang ditunjukkan oleh Muhammad Al Fatih ketika menaklukkan Constantinopel. Kota itu diberi gelar "The City with Perfect Defence" karena disini terbangun tembok dua lapis dengan dua tingkatan, yang diperkuat dengan parit besar dan dalam di bagian depannya. Namun kota yang dibangun selama seratus tahun, dikelilingi oleh tembok sepanjang 21 km itu, pada Selasa 29 Mei 1453, dapat ditaklukkan oleh pasukan Turki yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II, meski dia baru berusia 21 tahun 2 bulan.

Usia yang masih muda dan biasanya penuh emosional, tetapi kenyataanya tidak demikian. Ia amat santun. Bahkan dengan lain agama pun bersikap demikian. Orang Eropa menyebutnya dengan "The Grand Turk Mehmed" meski orang Islam menyebutnya dengan Muhammad Al Fatih.

Pada hari penaklukan itu, Sultan menunjuk Paderi Kristen Ortodoks, yaitu Gennadius Scholarius untuk mengurus agama Kristen dengan memberi kesempatan yang seluas- luasnya untuk menjalankan ibadah mereka dan menjadwalkan pertemuan dengan para pendeta secara berkala. (Fellix Siauw, 2011;256).

Hanya dengan jiwa besar, kita akan menghasilkan karya besar dan menyongsong ke depan penuh optimisme. Sebaliknya, dengan jiwa kerdil, kita tidak akan menghasilkan apa- apa. Bahkan, selalu terdengar keluh kesah dengan diringi jiwa yang resah, karena sikap pesimisme. Wa Allaahu a’lamu.

* Imam Munawwir adalah cendekiawan muslim, dosen Fakultas Ekonomi Unmuh Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar