Index Labels

KunoKini, Grup Band yang Konsisten Memainkan Alat Musik Tradisional

. . Tidak ada komentar:
 

Alumni Universitas Paramadina Jakarta memiliki cara unik untuk melestarikan alat musik tradisional. Mereka mendirikan grup musik bernama KunoKini.

Pada 10 Desember lalu KunoKini merayakan ulang tahunnya yang ke-10. Ya, grup musik itu memang berdiri sepuluh tahun lalu.

KunoKini berbeda dengan grup musik kebanyakan. Alat musik yang mereka gunakan adalah alat musik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Yakni, conga (gendang), rebana, saluang (suling Minangkabau), kangkanung (angklung Dayak), gendang Betawi, selompret Betawi, dan banyak lagi.

Meski begitu, lagu-lagu yang mereka bawakan selaras dengan perkembangan zaman. Mereka biasa memainkan berbagai lagu karya sendiri maupun orang lain dari aliran musik rap, disko, bossanova, reggae, dan yang lain.

Penampilan personel grup itu juga unik. Sang vokalis, Bhisma Wrhaspati,berambut gimbal layaknya penyanyi reggae. Saat manggung, dia pun biasa mengenakan busana khas dari berbagai daerah di tanah air alias pakaian adat.

"Band ini terbentuk karena keprihatinan terhadap seni musik tradisional di Indonesia yang terancam kian terpinggirkan," kata Bhismo, sapaan Bhisma Wrhaspati, saat ditemui di markasnya, Sanggar Maria, Jalan Teratai No 9, Kompleks Studio Alam, Depok, Jabar.

Dia menuturkan, sejak 2000-an seni musik Indonesia terkesan seperu makin tak "bertaring" di dunia internasional. Makanya, dia dan rekan-rekannya yang ketika itu kuliah di Universitas Paramadina giat berdiskusi untuk meningkatkan citra seni musik dan busana tradisional.

Pada akhir 2003 Bhismo bersama beberapa rekannya, yakni Artari Aciel (Bebi), Firzi O., dan Akbar Nugraha, membentuk KunoKini. "Kami kuliah di fakultas ilmu komunikasi. Jurusan itu memang dekat dengan kebudayaan," ucap dia.

KunoKini menciptakan sekaligus pula memainkan musik modern dengan alat musik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia "Kalaubicara sukses atau tidak, sampai kini kami masih berjuang. Band ini juga sempat kehilangan personel pada 2011," tutur Bhismo.

Saat itu, Firzi O. dan Akbar Nugraha hengkang. Lalu, tim manajemen menyusul. Sebab, pemasukan band tak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Kendati begitu, di tengah masa sulit itu, Bhismo dan Bebi memutuskan tetap bertahan. Mereka kemudian mencari kerja sampingan sebagai modal baru. 'Saya sempat dagang susu yoghurt dan mengambil pekerjaan-pekerjaan yang tidak terikat lainnya. Bebi juga begitu," kisah Bhismo.

Sambil mencari uang, mereka tetap rajin berlatih musiksecara rutin. Lambat laun, kondisi keuangan mereka membaik. Bhismo dan Bebi lantas membentuk manajemen baru dan merekrut beberapa additional player. Misalnya, Fikri Dzul (sokoguru), Rijal Maj (suling-sulingan), Andreas (trombon), Samuel (saxophone), dan Ranggi (bass).

Bhismo mengakui KunoKini belum setenar band-band lain. Namun, itu bukan berarti mereka tidak pernah pentas. KunoKini bahkan sering diundang manggung di berbagai negara.

KunoKini pernah mengadakan tur ke tiga kota di Australia pada 2008. Yakni, Canberra,Sydney, dan Brisbane. Pada2011, band tersebut juga mendapat undangan tampil di tujuh kota di Belanda dan Jerman. "Kami juga sudah pernah bikin konser tunggal pada 2010. Waktu itu, untuk mempromosikan album kami satu-satunya yang berjudul Reinkarnasi."

Tahun ini, mereka juga mendapat beberapa undangan konser di luar dan dalam negeri. Mereka juga sukses menggelar konser 10 Tahun KunoKini dengan tajuk Back to The Roots.

Kendala yang mereka hadapi adalah masalah dana "Kami kadang tidakbisa menghadiri undangan ke luar negeri karena tidak ada biaya. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah. Sebab, di mana pun kami tampil, yang dipamerkan adalah seni (tradisional) Indonesia," ujar Bhismo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar