Index Labels

BPBD Jember Cabut Status Tanggap Darurat Banjir Kencong

. . Tidak ada komentar:
MULAI NORMAL: Maryati, korban banjir Kencong, menjemur jagung di sekitar tangkis Sungai Tanggul,
kemarin, setelah banjir mulai surut.

KENCONG - Selang sembilan hari tangkis Sungai Tanggul jebol pada Jumat (20/12) malam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember mencabut status tanggap darurat. Sebab, banjir di permukiman warga mulai surut. Aktivitas warga pun berangsur normal.

Status tanggap darurat BPBD Jember resmi dicabut pada Sabtu (28/12). Tenda pengungsian, dapur umum, hingga seluruh alat penanggulangan bencana dirapikan oleh seluruh petugas. TNI, SAR, Tagana, relawan pencinta alam, dan aparat kepolisian yang melakukan penanganan bencana mulai ditarik. Menurut Suhanan, kepala BPBD Jember, pihaknya mencabut status tanggap darurat banjir karena air sudah surut. Namun, pihaknya masih memberlakukan siaga bencana yang dipantau melalui kantor BPBD Jember. "Walau status tanggap bencana sudah kami cabut, namun tetap melakukan antisipasi bencana," ujarnya.

Dia menjelaskan, setelah dicabutnya status tanggap darurat, seluruh personel BPBD ditarik ke home base, termasuk para relawan siaga. Untuk penanganan selanjutnya, BPBD Jember menyerahkan kepada pemerintah kecamatan. "Bagi warga yang rumahnya terendam masih akan mendapat pendistribusian bantuan sembako, namun diatur oleh pihak kecamatan," katanya.

Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Jember, di Buntai Dusun Sidonganti, Desa Kraton, Kencong, yang tadinya terendam air dua meter, kemarin sudah tidak ada genangan. Warga yang kembali ke rumahnya masih terlihat sibuk merapikan dan mencuci seluruh barang-barang yang terkena lumpur.

"Kami lihat warga masih sibuk membersihkan seluruh barang-barangnya yang tadinya terendam. Untuk menjaga kebutuhannya, warga akan disuplai dengan bahan mentah berupa sembako," kata Suhanan saat melihat permukiman warga.

Dengan surutnya banjir tersebut, aktivitas warga sudah mulai normal. Warga mulai mengeluarkan barang-barang, seperti jagung dan padi, untuk dijemur. Walaupun sebelumnya sudah diamankan warga, namun hasil panen mereka sempat terendam air. "Ini saya jemur biar kering. Sebab kemarin sempat basah terkena air," kata Sumiati, warga setempat.

Misgiran, warga lain, hingga kemarin masih menempatkan sapinya di atas tangkis sungai. Sapi miliknya diungsikan sejak awal banjir menerjang. Saat pengumuman tanda darurat, dirinya langsung membawa sapinya naik ke atas tangkis

Hingga kemarin Misgiran masih belum membawa turun tiga sapinya tersebut karena masih khawatir dengan banjir susulan. "Saya belum berani membawa turun sapi ini karena pengerjaan penutupan tangkis masih belum selesai. Takut banjir lagi," kata warga yang rumahnya hanya berjarak 20 meter dari tangkis yang jebol.

Pengerjaan penutupan tangkis yang jebol hingga kemarin masih dikebut. Cuaca yang cerah dan debit air yang turun di Sungai Tanggul membuat penutupan tangkis yang dilakukan petugas Dinas PU Pengairan Jatim bersama Dinas PU Pengairan Jember terus dikebut.

Ada empat alat berat, berupa long boom, dua excavator, dan buldoser, yang dikerahkan untuk melakukan pengisian jumbo bag dan penutupan tangkis yang jebol. Debit air yang semakin mengecil membuat air sungai tidak mengalir lagi ke permukiman warga.

Namun, penutupan tangkis yang jebol masih dihadapkan pada sejumlah kendala. Seperti, belum adanya jalan untuk melintas pada sisi selatan tangkis yang membuat pekerjaan penutupan tangkis sedikit terhambat. "Ini yang membuat sedikit lama. Sebab alat berat masih mengambil material pada sisi utara tangkis. Sudah dua kali dilakukan upaya untuk menyeberangkan alat berat ke selatan, namun masih belum bisa. Jadi terpaksa masih mengambil pada sisi utara tangkis," ujar Susmiadi, kepala UPT Pengairan Kencong.

Cuaca yang cerah dalam beberapa hari terakhir benar-benar dimanfaatkan petugas pengairan untuk mempercepat penutupan tangkis. Sebab, berdasar ramalan cuaca BMKG, akhir tahun sampai awal tahun curah hujan di wilayah hulu masih tinggi. "Semoga saja intensitas hujan tidak tinggi lagi. Sebab, jika intensitas hujan meninggi lagi dan philscal air meningkat hingga 160 cm, akan mengancam kondisi tangkis. Apalagi hingga saat ini belum sepenuhnya selesai," harap Susmiadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar